Jumat, 24 Februari 2012

No Blood in Our Food

Seram? Sejujurnya judul diatas memberikan efek yang nggak nyaman buat aku. Kalimat itu kubaca 9 tahun yang lalu pada sebuah spanduk di depan kampusku. Spanduk yang dibuat komunitas vegan untuk pertemuan tahunan mereka. No blood in our food adalah kalimat yang mereka pilih untuk mendeskripsikan makanan yang mereka konsumsi. Sedikit berlebihan, tapi cukup menarik perhatian. Yang jelas membuat aku yang pemakan segala ini jadi berasa serupa vampir..


Ingatanku akan kalimat ini kembali ketika sedang melintasi pertokoan canadian di kompleks rumahku di kota wisata. Sebuah spanduk terpampang di depan salah satu ruko. Jagalah Bumi Kita Jadilah Vegetarian. Hem, mungkin hiperbolis memang kebiasaan para vegan ketika membuat slogan.

Setelah bolak-balik melintas, aku masih tidak bisa paham apa hubungan menjaga bumi dengan menjadi vegetarian. Aku justru berpikir, ketika kita jadi vegan ataupun ovolacto vegetarian kemudian hanya mengkonsumsi yang hijau-hijau saja… bukannya justru komunitas hijau jadi berkurang dan ekosistem jadi tidak seimbang?! Tapi ya sudahlah, namanya juga kata-kata. Sah-sah saja bila si pembuat slogan memilih kata-kata diatas untuk menyampaikan pesannya. Dan tidak salah juga jika aku, si pembaca pesan, justru menafsirkannya berbeda.

Ngomong-ngomong soal hijau dan penyelamatan bumi, memang sudah waktunya sih (agak terlambat malah..) kita mesti lebih concern sama bumi kita. Karena bagaimanapun juga ini satu-satunya tempat hidup yang paling sesuai buat kita dan anak keturunan kita sebagai manusia. Jadi Sudah seharusnya kita bertanggung jawab atas kelangsungan dan keberadaannya.

 Tidak perlu dimulai dengan yang besar seperti mendadak jadi vegan, misalnya. Cukuplah dengan hal-hal kecil yang kita enjoy melakukannya dan konsisten. Apa sajalah bentuknya, seperti membuang sampah pada tempatnya. Klise tapi harus terus-menerus dibiasakan. Atau mengurangi asap rokok, bagi kamu yang perokok. Bisa juga menghijaukan tanah-tanah kosong yang tersisa. Walaupun cuma tersisa tempat bagi satu pohon, nggak masalah. Karena satu pohon, bisa menyelamatkan beberapa paru-paru manusia. Ketika level ini sudah menjadi gaya hidup, kita bisa mencoba ‘yang lebih berat’. Seperti mengurangi penggunaan alat listrik untuk meminimalkan efek rumah kaca, memilah sampah sehari-hari, menggunakan produk-produk daur ulang, atau malah ikutan punya baby tree yang diprogramkan WWF (Bener kan, ini programnya WWF?!).

Jadi intinya, kalau kita memiliki kesadaran untuk lebih peduli lingkungan, sekecil apapun, itu akan sangat berguna buat bumi tua kita ini. Yang pada akhirnya akan menyelamatkan keberadaan anak cucu kita kelak. Jadi tunggu apa lagi.. let’s be the greeners!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terjemahan bahasa

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified